Rabu, 05 November 2008

Fenomena Terakhir Konflik Nuklir Iran dengan Amerika

Oleh : Choky Nasution (Koord.Program FP3SU)

Sebuah negara di Timur Tengah yang letaknya diapit oleh dua belah negara yang mengalami konflik dalam negri (Afghanistan dan Iraq), saat ini sedang menjadi sorotan mata dunia. Banyaknya media baik itu elekronik dan cetak di seluruh negara di belahan dunia ini membahas dan menganalisa tentang apa ang sebenarnya terjadi di negara yang juga sering disebut dengan negara kaum Mullah. Negara yang berpenduduk sekitar 76 juta jiwa ini seakan-akan menjelma sebagai sebuah kekuatan baru dunia. Negara apa yang sebenarnya dimaksudkan ?. Negara mana lagi kalau bukan Republik Islam Iran.
Republik Islam Iran, negara yang dahulu dipimpin oleh seorang diktator boneka Syah Reza Pahlevi berubah menjadi sebuah negara yang mandiri, baik itu mandiri dalam hal politik, ekonomi, dan banyak lagi hal yang lainnya. Kemajuan yang di miliki Iran saat ini tidak bisa terlepas dari sebuah sejarah besar yaitu Revolusi Islam Iran dan sosok Ayatullah Rohullah Khomeini. Pasca Revolusi Islam, negara ini mulai berbenah dan mengembangkan semua hal yang berkaitan dengan Industrialisasi. Perkembangan industri dikembangkan terus menuju arah yang modern. Iran dan pengaruhnya yang besar saat ini di Timur Tengah dan memiliki hubungan baik dengan negara-negara Amerika Selatan (Blok Venezuela, Bolivia dan Nikaragua) diharapkan bisa mengimbangi dominasi negara-negara barat. Tetapi hal ini pula yang menjadi sorotan negara-negara barat saat. Bukan sorotan yang didapat Iran tetapi malah sorotan yang negatif. Iran dituduh melakukan industri pengayaan uranium yang di sinyalir akan dipergunakan untuk membuat senjata nuklir. Amerika Serikat sebagai negara Adidaya yang paling gencar ”menyerang” Iran. Amerika dengan negara-negara sekutunya mendorong badan dunia (PBB) untuk segera Iran mengakhiri produksi uraniumnya.
Sejarahnya, produksi uranium Iran di mulai dari zaman Syah Reza Pahlevi. Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang mendorong Iran pada waktu itu. Industri uranium di peruntukkan untuk tenaga listrik dan hal ini terus dilakukan sampai dengan masa pemerintahan Mahmoud Ahmaddinejad. Serangan-serangan Amerika Serikat terhadap Iran di tanggapi dengan pernyataan-pernyataan yang resistence oleh Ahmaddinejad. Ahmaddinejad menganggap Amerika Serikat melakukan fitnah besar terhadap Iran. Dalam berbagai pernyataannya Presiden Ahmaddinejad menantang Amerika dan sekutunya untuk membuktikan tuduhan tersebut. Presiden Iran ini juga mengutarakan hal-hal yang tidak menyenagkan buat Amerika Serikat, seperti akan membumi hanguskan Israel dari peta dunia dan akan segera mengakhiri masa kedigdayaan Amerika Serikat sebagai pemimpin dunia. Konflik ini makin meruncing ketika Amerika Serikat G.W. Bush megatakan bahwa solusi untuk mengakhiri konflik ini tidak tertutup kemungkinan hal yang sama dialami Iraq akan dilakukan terhadap Iran.

Tidak ada komentar: